Minggu, 14 Agustus 2011

Bunuh Diri dala Pandangan Psikolog dan Islam


HARUSKAH BUNUH DIRI?
(Bunuh Diri dalam Pandangan Psikolog dan Islam)


          Hanya dalam waktu tiga bulan (Januari-Maret 2011), korban bunuh diri terjun bebas dari apartemen, mall, dan menara, tercatat sudah tiga orang. Padahal pada tahun 2010, ‘hanya’ tiga orang yang tewas bunuh diri melompat dari bangunan tinggi di Jakarta.
          Baru-baru ini, Rabu (2/3) Inatawati Kusuma (45) tewas dalam posisi telengkup dalam kondisi mengenaskan di lantai satu, setelah terjun dari lantai 21 Apartemen Gading Mediterania Residences Tower A, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
          Sebelumnya, seperti ditulis Kompas. com Agus Sarwono, seorang paruh baya, ditemukan tewas setelah melompat dari lantai enam Blok M Square, Jakarta Selatan, Senin (3/1). Sekitar sebulan sebelumnya, Wili Sadono Wibowo, melompat dari kamarnya di lantai 23 Apartemen Istana Harmoni, Pecenongan, Jakarta Pusat.
          Aksi bunuh diri di Mall juga terjadi di Surabaya, tepatnya di Darmo Trade Center Surabaya. Seorang ibu, Anita (31) nekat mengajak anaknya, Andika Putra (3), terjun dari lantai empat. Anita nekat bunuh diri karena bermasalah dengan suaminya.
          Lain halnya dengan kejadian percobaan bunuh diri yang terjadi di Banjarmasin, seorang lelaki menaiki menara pemancar Radio Republik Indonesia Banjarmasin di Jalan A. Yani km. 3,5, 30 September 2010. Suyanto (32) asal Pacitan, Jawa Timur mengancam melakukan bunuh diri hanya karena tak punya uang  untuk pulang ke kampung halaman. Untung saja aksi bunuh diri itu digagalkan tim SAR, setelah diyakinkan kalau Suyanto mau turun, diberikan tiket untuk pulang ke kampung halaman.
          Akhir-akhir ini, aksi bunuh diri ini memang cukup ngetren dan terus meningkat, terutama di kota-kota besar. Terindikasi para korban ingin menyelesaikan problema kehidupan dengan cepat. Berdasarkan analisis dokter spesialis kesehatan jiwa, mereka yang nekat mengambil jalan pintas ini, biasanya tidak memiliki akses untuk mencurahkan isi hati (curhat) kepada lingkungan sekitar. Dalam bahasa psikologi, ketiadaan akses dengan lingkungan itu disebut stresso psikososial.[1]
          Orang bunuh diri, biasanya hanya dilanda masalah sepele. Hanya karena mereka merasa tidak punya jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Biasanya yang melakukan tindakan ini adalah orang yang introvert atau tertutup. Biasanya dia merasa hanya dirinya yang mengalami masalah dan tidak ada jalan keluar mengatasinya. Padahal masalah yang dihadapi itu bagi orang lain hanya sepele, seperti suami tak memberi nafkah atau anak-anak tak bisa sekolah dan lain-lain.
          Meskipun penyebab bunuh diri sangat beragam, namun ada kondisi-kondisi atau sikap-sikap tertentu yang jelas-jelas dapat mengakibatkan munculnya bencana ini. Ini mencakup goncangan-goncangan psikologis, biologis, dan keluarga. Biasanya orang-orang yang melakukan bunuh diri menghadapi goncangan-goncangan ini. Dan sering sekali mereka mengalami kesulitan dalam menghadapi tekanan-tekanan berat tersebut. Gangguan jiwa dapat menimbulkan tindakan-tindakan berbahaya, baik itu berupa tindakan bunuh diri yang mematikan, maupun bunuh diri yang tidak mematikan. Berikut beberapa ganguan-gangguan jiwa yang memiliki kaitan dengan bunuh diri atau percobaan bunuh diri:
Ø  Depresi
          Depresi adalah suatu kondisi emosional yang ditandai dengan keputusasaan, kegelisahan, perasaan bersalah dan tak berguna, isolasi diri, susah tidur, hilangnya semangat, hilannya gairah seksual, dan hilangnya perhatian terhadap aktifitas yang biasa dilakukan. Orang yang mengalami depresi biasanya mereka bosan dan memilih untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Mereka tidak dapat berpikir seperti cara berpikirnya orang normal, yang mereka pikirkan hanyalah tentang kondisi mereka yang tengah mereka hadapi. Banyak di antara mereka merasa bahwa penyakit yang mereka derita tidak dapat disembuhkan. Mereka kehilangan harapan untuk meminta bantuan orang lain. Meminta bantuan barangkali tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka. Mereka tidak berpikir mengenai orang-orang di sekitar mereka, keluarga mereka atau teman-teman mereka. Mereka hanyut dalam perasaan dan penderitaan. Mereka merasa tidak dibutuhkan dan tidak berguna. Mereka kehilangan harapan. Mereka tidak ingin mati, tapi mereka melihat kematian sebagai jalan satu-satunya untuk mengakhiri penderitaan mereka.
Ø  Penggunaan Alkohol dan Narkotik (Substance Abuse)
          Diketahui bahwa penggunaan alkohol dapat melumpuhkan pikiran manusia, dan menjadikan seseorang merasakan dan melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya dalam kondisi sadar. Diketahui juga bahwa penggunaan narkotik dan alkohol dapat membawa dampak negatif bagi hubungan sosial dan individu, mengakibatkan perpisahan atau perceraian, berpengaruh pada etos kerja, dan mengakibatkan kurangnya perhatian seseorang terhadap diri dan kesehatannya. Semua hal dan kondisi ini dapat membuka jalan untuk melakukan bunuh diri. Di antara faktor berbahaya dalam diri pengkonsumsi narkotik dan obat-obat lainnya adalah terjangkitnya depresi yang dianggap sebagai faktor utama bunuh diri, sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya. Dan juga dikatakan bahwa sekitar 50 % - 80 % atau lebih dari jumlah para remaja yang mengkonsumsi alkohol rawan terserang gangguan psikologis, khususnya ganguan mental.
Ø  Kondisi Keluarga
          Kebanyakan remaja yang memiliki perilaku bunuh diri menghadapi berbagai problema keluarga yang membawa mereka kepada kebimbangan tentang harga diri, serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka tidak disukai, tidak diperlukan, tidak dipahami, dan tidak dicintai. Mayoritas mereka berasal dari keluarga-keluarga yang menerapkan sistem pendidikan yang tidak layak. Biasanya para bapak atau orang tua yang berada di sekitar anak berlaku keras terhadapnya, mengabaikannya, atau hanya memperhatikan pertumbuhan fisiknya saja dan bukan perilakunya. Hilangnya cinta kadang ikut berperan bagi perkembangan bahaya bunuh diri. Kehilangan cinta ini bisa terjadi karena faktor kematian, perceraian, atau menurunnya kasih sayang orang tua dan orang-orang  yang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan seseorang.
Ø  Pengaruh Media Massa
          Berita bunuh diri kadang dapat memicu tindakan bunuh diri, khususnya bagi orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri untuk melakukan itu. Ketika mereka tahu bahwa orang yang mati bunuh diri sebelumnya hidup dengan posisi dan keadaan yang sama dengan yang mereka alami, maka itu bisa mendorong mereka untuk meniru dan melakukan perbuatan yang sama.

          Selain sebab-sebab diatas, perilaku bunuh diri biasanya juga dikarenakan karena tingkat pemahaman Agama pelakunya sangat minim. Padahal dalam Agama, khususnya Islam orang yang melakukan bunuh diri tidak disukai Allah dan akan dimasukkan ke neraka. Kematian adalah hak Mutlak Allah SWT dan seorang manusia tidak berhak dengan roh yang ada dalam tubuhnya.
          Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa yang berbuat demikian (bunuh diri) dengan melanggar hak dan berbuat aniaya. Maka kelak kami akan memasukkan kedalam neraka, dan yang demikian ini sangat mudah bagi Allah” (Q.S. An-nisa: 29-30).
          Syariat Islam melarang tindakan bunuh diri sebagaimana melarang pembunuhan. Hukum bunuh diri, menurut kesepakatan ulama, adalah haram dan tergolong dosa yang paling besar setelah syirik. Hidup manusia bukanlah miliknya. Dia tidak menciptakan dirinya, tidak pula salah satu dari anggota badannya, dan tidak pula salah satu dari sel-selnya. Jiwanya adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Maka dia tidak boleh menelantarkannya, menganiayanya, apalagi menghilangkannya.[2]
          Syekh Syam al-Din Al-Zahabi wafat tahun 1348 M, di dalam kitabnya “Kitab Al-Kaba’ir”, menulis tujuh puluh macam dosa besar, dan salah satu diantaranya ialah bunuh diri.[3]
          Islam menginginkan agar orang muslim memiliki tekad yang besar untuk menghadapi tantangan, dan tidak memperbolehkannya dengan dalih apa pun untuk lari dari kenyataan hidup karena bencana yang menimpa dirinya atau karena harapannya yang gagal. Seorang mukmin diciptakan untuk berjuang, bukan lari dari kenyataan. Iman dan akhlaknya menolak untuk lari dari kehidupan. Dia mempunyai senjata tak akan pernah tumpul dan bekal yang tak akan pernah habis, yaitu senjata iman yang teguh dan bekal akhlak yang kuat.
          Rasulullah SAW bersabda, “Di antara orang-orang yang hidup sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang terluka. Karena tidak kuasa menahan rasa sakit, laki-laki tersebut mengambil pisau dan memotong urat nadi tangannya. Darahnya tidak berhenti mengalir sampai dia mati. Maka Allah berkata, ‘Hambaku telah mendahului-Ku dengan membunuh dirinya sendiri, maka aku haramkan surga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
          Jika orang yang membunuh dirinya karena tak sanggup menanggung rasa sakit pada lukanya saja diharamkan masuk surga, apalagi orang yang melakukan bunuh diri hanya karena menderita kerugian besar dalam transaksi bisnis, atau kegagalan dalam ujian, atau karena ditolak oleh seorang gadis pujaan.
          Sebagai seorang muslim, kita bersyukur bahwa hidup penuh dengan dinamika, penuh irama, dan bahkan di tengah palu godaan dunia yang amat membisingkan, kita masih diberi pintu-pintu untuk melepaskan beban batin kepada Sang Pemilik, minimal lima kali sehari. Inilah sumber moral yang bisa menjadi rem yang cukup shopisticated untuk meredam terjadinya tindakan suicide alias bunuh diri.[4]


[1] Tabloit Jum’at Serambi Ummah (11-17 Maret 2011 M/6-12 Rabiul Akhir 1432 H), dalam Rubrik Ihwal, h. 1-3.
          [2] Muhammad Afif Zamroni dan Salafuddin Ilyas, Mengapa Harus Bunuh Diri? (terjemahan Al-intihar: Asbabuhu wa al-wiqayah karya Sulaiman ibn Muhammad Al-Husain), (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h. 67-81.
          [3] Husin Naparin, Istigfar dan Taubat, (Jakarta: El-Kahfi, 2005), h. 36-37.
          [4] Zainal Abidin dan Agus Ahmad Safe’i, Sosiosophologi (Sosiologi Islam Berbasis Hikmah), (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 172.

1 komentar:

  1. thank nice infonya, silahkan kunjungi balik website kami http://bit.ly/2MCUqF6

    BalasHapus